Tuesday, 6 May 2014

ASAS-ASAS PENDIDIKAN

ASAS-ASAS PENDIDIKAN
1.       Asas Semesta,  Menyeluruh dan Terpadu
Asas Semesta, Menyeluruh dan Terpadu maksudnya pendidikan diselenggarakan secara terbuka bagi seluruh rakyat Indonesia. Menyeluruh maksudnya, pendidikan harus mencangkup semua jenis dan jenjang pendidikan. Terpadu artinya pendidikan tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan pembangunan Bangsa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa asas ini menganut pendidikan nasional terbuka bagi setiap manusia Indonesia, mencakup semua jenis dan jenjang pendidikan, dan merupakan satu kesatuan usaha sadar yang tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan usaha pembangunan bangsa.

2.       Asas Pendidikan Seumur Hidup
Istilah belajar sepanjang hayat erat kaitannya dengan istilah “pendidikan seumur hidup”. UNESCO Institute for Education menetapkan suatu definisi kerja yakni pendidikan seumur hidup adalah pendidikan yang harus :
a.       Meliputi seluruh hidup setiap individu.
b.      Mengarah kepada pembentukan, pembaharuan, peningkatan dan penyempurnaan secara sistematis pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat meningkatkan kondisi hidupnya.
c.       Tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri (self fulfilment) setiap individu.
d.      Meningkatkan kemampuan dan motivasi utnuk belajar mandiri.
e.      Mengakui kontribusi dari semua pengaruh pendidikan yang mungkin terjadi, termasuk yang formal, non formal dan informal.
Ada 2 misi yang diemban dalam proses belajar mengajar berdasarkan latar pendidikan seumur hidup yaitu :: membelajarkan peserta didik dengan efisien dan efektif dan serentak dengan itu, meningkatkan kemauan dan kemampuan belajar mandiri sebagai basis belajar sepanjang hayat.

3.       Asas Tanggung Jawab Bersama
Asas tanggung jawab bersama ini mengandung arti bahwa pendidikan dilaksanakan merupakan tanggung jawab bersama baik itu pemerintah, masyarakat dan unit terkecil keluarga. Dengan adanya tanggung jawab ini maka usaha-usaha yang dicanangkan pemerintah dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang optimal dan terintegritas dapat direalisasikan.

4.       Asas Manfaat Adil dan Merata
Asas manfaat, adil, dan merata ini dimaksudkan bahwa pendidikan itu dapat memberikan manfaat bagi kelangsungan hidup, pelaksanaannya harus adil tanpa mempermasalahkan ras, suku, bangsa, agama dan merata hingga keseluruh pelosok nusantara.




5.       Tut Wuri Handayani, Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa
-          Tut Wuri Handayani
Asas Tut Wuri Handayani merupakan gagasan yang mula-mula dikemukakan oleh KiHajar Dewantara seorang perintis kemerdekaan dan pendidikan nasional. Tut Wuri Handayani mengandung arti pendidik dengan kewibawaan yang dimiliki mengikuti dari belakang dan memberi pengaruh, tidak menarik-narik dari depan, membiarkan anak mencari jalan sendiri, dan bila anak melakukan kesalahan baru pendidik membantunya (Hamzah,1991:90). Gagasan tersebut dikembangkan Ki Hajar Dewantara pada masa penjajahan dan masa perjuangan kemerdekaan. Dalam era kemerdekaan gagasan tersebut serta merta diterima sebagai salah satu asas pendidikan nasional Indonesia (Jurnal Pendidikan, No.2:24).
Asas Tut wuri Handayani merupakan inti dari asas pertama dalam asas 1922 yang menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri (zelf-veschikkingsrecht) dengan mengingat tertibnya persatuan dalam perikehidupan umum. Dari asasnya yang pertama ini jelas bahwa tujuan asas Tut Wuri Handayani yaitu:
a.       Pendidikan dilaksanakan tidak menggunakan syarat paksaan,
b.      Pendidikan adalah penggulowenthah yang mengandung makna: momong, among, ngemong (karya ki hajar dewantara, hal. 13). Among mengandung arti mengembangkan kodrat alam anak dengan tuntutan agar anak didik dapat mengembangkan hidup batin menjadi subur dan selamat. Momong mempunyai arti mengamat-amati anak agar dapat tumbuh menurut kodratnya. Ngemong berarti kita harus mengikuti apa yang ingin diusahakan anak sendiri dan memberi bantuan pada saat anak membutuhkan,
c.       Pendidikan menciptakan tertib dan damai (orde en vrede),
d.      Pendidikan tidak ngujo (memanjakan anak), dan
e.      Pendidikan menciptakan iklim, tidak terperintah, memerintah diri sendiri, dan berdiri di atas kaki sendiri (mandiri dalam diri anak didik).

-          Ing Ngarsa Sung Tulada
Ing ngarsa sung tuladha (di depan member contoh) adalah hal yang baik mengingat kebutuhan anak maupun pertimbangan guru. Di bagian depan, seorang guru akan membawa buah pikiran para muridnya itu ke dalam sistem ilmu pengetahuan yang lebih luas. Ia menempatkan pikiran/gagasan/pendapat para muridnya dalam cakrawala yang baru, yang lebih luas. Dalam posisi ini ia membimbing dan memberi teladan. Akhirnya, dengan filosofi semacam ini, siswa (dengan bantuan guru dan teman-temannya) mengkonstruksi pengetahuannya sendiri di antara pengetahuan yang telah dikonstruksi oleh banyak orang termasuk oleh para ahli.

-          Ing Madya Mangun Karsa
Ing madya mangu karsa (di tengah membangkitkan kehendak) diterapkan dalam situasi ketika anak didik kurang bergairah atau ragu-ragu untuk mengambil keputusan atau tindakan, sehingga perlu diupayakan untuk memperkuat motifasi. Dan, guru maju ke tengah-tengah (pemikiran) para muridnya. Dalam posisi ini ia menciptakan situasi yang memungkinkan para muridnya mengembangkan, memperbaiki, mempertajam, atau bahkan mungkin mengganti pengetahuan yang telah dimilikinya itu sehingga diperoleh pengetahuan baru yang lebih masuk akal, lebih jelas, dan lebih banyak manfaatnya. Guru mungkin mengajukan pertanyaan, atau mungkin mengajukan gagasan/argumentasi tandingan.
Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu:
1.       Ing Ngarsa Sung Tulada ( jika di depan memberi contoh)
2.       Ing Madya Mangun Karsa (jika ditengah-tengah memberi dukungan dan semangat)
3.       Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan)

6.       Kemandirian dalam Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, sedapat mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan pendidik, namun selalu siap untuk membantu apabila diperlukan. Perwujudan kemandirian dalam belajar akan menempatkan pendidik dalam peran utama sebagai fasilitator, informator, dan motivator, disamping peran-peran lain sebagai organisator. Kemandirian dalam belajar sangat erat kaitannya dengan asas Tut Wuri Handayani maupaun belajar sepanjang hayat. Asas Tut Wuri  Handayani pada prinsipnya bertolak dariasumsi kemampuan peserta untuk mandiri dalam belajar. Selanjutnya asas belajar sepanjang hayat hanya dapat diwujudkan apabila didasarkan pada asumsi bahwa peserta didik mau dan mampu mandiri dalam belajar.

PILAR-PILAR PENDIDIKAN
1.    Pengertian Pilar Pendidikan
Dilihat dari kamus besar Bahasa Indonesia pilar berarti penyangga atau dasar atau tiang penguat. Pilar pendidikan berarti dasar penyangga dari pendidikan untuk memberi penguat dalam mencapai tujuan pendidikan. Ada 4 pilar pendidikan yang dirancang oleh PBB melalui  UNESCO (United Nations, Educational, Scientific and Cultural Organization) learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to do (belajar,berbuat), learning to be (belajar menjadi seseorang), learning to live together (belajar hidup bersama), learning to believe in god (belajar untuk beriman kepada Tuhan).
2.    Jenis-jenis Pilar Pendidikan
a.    Learning to know
Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha untuk mencari agar mengetahui informasi yang dibutuhkan dan berguna bagi kehidupan. Belajar untuk mengetahui (learning to know) dalam prosesnya tidak sekedar mengetahui apa yang bermakna tetapi juga sekaligus mengetahui apa yang tidak bermanfaat bagi kehidupannya.
Untuk mengimplementasikan “learningtoknow” (belajar untuk mengetahui), Guru harus mampu menempatkan dirinya sebagai fasilitator. Di samping itu guru dituntut untuk dapat berperan ganda sebagai kawan berdialog bagi siswanya dalam rangka mengembangkan penguasaan pengetahuan siswa.

b.    Learning to do
Pendidikan juga merupakan proses belajar untuk bisa melakukan sesuatu (learning to do). Proses belajar menghasilkan perubahan dalam ranah kognitif, peningkatan kompetensi, serta pemilihan dan penerimaan secara sadar terhadap nilai, sikap, penghargaan, perasaan, serta kemauan untuk berbuat atau meresponsuatu stimulus. Pendidikan membekali manusia tidak sekedar untuk mengetahui, tetapi lebih jauh untuk terampil berbuat atau mengerjakan sesuatu sehingga menghasilkan sesuatu yang bermakna bagi kehidupan.
Sekolah sebagai wadah masyarakat belajar seyogjanya memfasilitasi siswanya untuk mengaktualisasikan keterampilan yang dimiliki, serta bakat dan minatnya agar “Learning to do” (belajar untuk melakukan sesuatu) dapat terrealisasi. Walau sesungguhnya bakat dan minat anak dipengaruhi faktor keturunan namun tumbuh dan berkembangnya bakat dan minat juga bergantung pada lingkungan. Seperti kita ketahui bersama bahwa keterampilan merupakan sarana untuk menopang kehidupan seseorang bahkan keterampilan lebih dominan daripada penguasaan pengetahuan semata

c.     Learning to be
Penguasaan pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari proses menjadi diri sendiri (learning to be). Hali ini erat sekali kaitannya dengan bakat, minat, perkembangan fisik, kejiwaan, tipologi pribadi anak serta kondisi lingkungannya. Misal : bagi siswa yang agresif, akan menemukan jati dirinya bila diberi kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Dan sebaliknya bagi siswa yang pasif, peran guru sebagai kompas penunjuk arah sekaligus menjadi fasilitator sangat diperlukan untuk menumbuhkembangkan potensi diri siswa secara utuh dan maksimal.
Menjadi diri sendiri diartikan sebagai proses pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri. Belajar berperilaku sesuai dengan norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang berhasil, sesungguhnya merupakan proses pencapaian aktualisasi diri.

d.    Learning to live together
Pada pilar keempat ini, kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima perlu dikembangkan disekolah. Kondisi seperti inilah yang memungkinkan tumbuhnya sikap saling pengertian antar ras, suku, dan agama
Dengan kemampuan yang dimiliki, sebagai hasil dari proses pendidikan, dapat dijadikan sebagai bekal untuk mampu berperan dalam lingkungan di mana individu tersebut berada, dan sekaligus mampu menempatkan diri sesuai dengan perannya. Pemahaman tentang peran diri dan orang lain dalam kelompok belajar merupakan bekal dalam bersosialisasi di masyarakat (learning to live together).
Untuk itu semua, pendidikan di Indonesia harus diarahkan pada peningkatan kualitas kemampuan intelektual dan profesional serta sikap, kepribadian dan moral. Dengan kemampuan dan sikap manusia Indonesia yang demikian maka pada gilirannya akan menjadikan masyarakat Indonesia masyarakat yang bermartabat di mata masyarakat dunia
          Artinya siswa dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dalam proses pendidikan , melalui bekerja atau belajar bersama atau dalam kelas, saling menghargai pendapat orang lain, menerima pendapat yang berbeda, belajar mengemukakan pendapat dan atau bersedia "sharing ideas" dengan orang lain dalam kegiatan pembelajaran atau bidang lainnya.



e.    Learning to believe in God
Pilar ini mendefenisikan bahwa pendidikan yang dilaksanakan harus berlandaskan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Aspek religius ini sangat menentukan karakter peserta didik karena dasar-dasar dan norma-norma yang ada dimasyarakat ditanamkan melalui “Learning to believe to God”. Peserta didik dilatih untuk memahami bahwa ilmu tertinggi adalah kepunyaan Tuhan Yang Maha Esa.
Belajar meningkatkan kualitas untuk beribadah kepada Allah SWT,  termuat dalam surat berikut :
-          Al Faatihah: 2 “Tuhan sebagai Penguasa/Pendidik alam semesta”.
-          Al Baqarah: 29-33
“Bumi diciptakan oleh Allah SWT untuk manusia.”
“Manusia diciptakan sebagai khalifah Tuhan di muka bumi.”
“Manusia dikaruniai potensi yang dapat dikembangkan hingga hampir tak terbatas, yang     membuat semua makhluk lain, kecuali iblis, tunduk kepada manusia.”
-          Az Zukhruf: 32 “Manusia diciptakan sebagai makhluk bhinneka agar dapat saling berhubungan dalam rangka saling membutuhkan.”
-          Al Maidah: 2 dan 48 “Bertolong-tolonganlah dalam berbuat kebajikan (interaksi koperatif)” dan “Berlomba-lombalah dalam berbuat kebajikan (interaksi kompetitif).”

DAFTAR PUSTAKA
Tim Pembina Mata Kuliah Pengantar Pendidikan.2006.  Pengantar Pendidikan. Padang: UNP.
Widemulia. 2011. Asas-Asas Pendidikan Di Indonesia. Online. (http://www.slideshare.net/widemulia/asas-pendidikan-di-indonesia#, diakses tanggal 1 Maret 2014).
Maulana, Dayan. 2010. Empat Pilar Pendidikan Menurut UNESCO. Online. (dayanmaulana.blogspot.com/2010/06/empat-pilar-pendidikan-menurut-unesco.html, diakses tanggal 03 Maret 2014).

This entry was posted in

2 comments: